Sumberbahan makanan alternatif dapat digunakan untuk mengatasi krisis bahan pangan dari kelompok alga, seperti Gellidium, Ulva, dan Eucheuma spinosum. Secara berurutan ketiga spesies tersebut bermanfaat untuk pembuatan . A. protein sel tunggal, agar-agar, dan sayuran: B. protein sel tunggal, sayuran, dan agar-agar: C.
PertanyaanSumber bahan makanan alternatif dapat digunakan untuk mengatasi krisis bahan pangan dari kelompok alga, seperti Gellidium, Ulva, dan Euchema spinosum . Secara berurutan ketiga spesies tersebut bermanfaat untuk pembuatanSumber bahan makanan alternatif dapat digunakan untuk mengatasi krisis bahan pangan dari kelompok alga, seperti Gellidium, Ulva, dan Euchema spinosum. Secara berurutan ketiga spesies tersebut bermanfaat untuk pembuatanprotein sel tunggal, agar-agar, dan sayuranprotein sel tunggal, sayuran dan agar-agares krim, sayuran, dan agar-agares krim, jelly, dan agar-agaragar-agar, jelly, dan sayuranNSMahasiswa/Alumni Universitas Negeri YogyakartaPembahasanGelidium sp. tergolong ke dalam alga merah Rhodophyta yang menghasilkan gelatin. Gelatin banyak digunakan sebagai bahan pembuat agar-agar serta bahan pengental pada pembuatan es krim, pasta gigi dan lainnya. Ulva sp. termasuk ke dalam alga hijau yang berperan sebagai bahan makanan yakni sebagai sayuran. Alga ini dikenal sebagai selada laut. Eucheuma spinosum tergolong ke dalam alga merah yang berperan sebagai bahan agar-agar serta sebagai bahan pembuatan es rumput sp. tergolong ke dalam alga merah Rhodophyta yang menghasilkan gelatin. Gelatin banyak digunakan sebagai bahan pembuat agar-agar serta bahan pengental pada pembuatan es krim, pasta gigi dan lainnya. Ulva sp. termasuk ke dalam alga hijau yang berperan sebagai bahan makanan yakni sebagai sayuran. Alga ini dikenal sebagai selada laut. Eucheuma spinosum tergolong ke dalam alga merah yang berperan sebagai bahan agar-agar serta sebagai bahan pembuatan es rumput laut. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!8rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!FZFari Zahran Arrafi Makasih ❤️ Mudah dimengerti Ini yang aku cari! Bantu bangetMFMuhammad FirliPembahasan lengkap banget Ini yang aku cari!IMIndah Manurungsoal Ini yang aku cari! Pembahasan lengkap banget
JenisEucheuma Cottonii adalah yang paling banyak diminati oleh konsumen luar dengan total porsi 71,59% dari keseluruhan jumlah ekspor untuk pembuatan karagenan. Lalu disusul dengan jenis Gracilaria sp dengan porsi sebanyak 11,89% untuk bahan baku pembuatan agar-agar. Nah, itulah pembahasan mengenai rumput laut.
Nori merupakan produk pangan yang dihasilkan dari rumput laut Phorphyra. Phorphyra tidak tersedia di Indonesia sehingga upaya membuat produk nori dapat digunakan rumput lain yang tersedia melimpah di Indonesia antara lain Ulva lactuca dan Gelidium. Ulva lactuca mengandung klorofil yang dapat memberi kontribusi warna hijau pada nori. Gelidium merupakan penghasil agar yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi, bahan pemantap, pengental, penstabil, penjernih dan pembentuk gel. Kombinasi dua rumput laut tersebut diduga dapat menghasilkan nori dengan karakteristik mendekati produk komersial. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh perbandingan jumlah Ulva lactuca dan Gelidium terhadap nilai hedonik, kuat tarik, serat kasar, kadar protein, air dan abu. Tiga perlakuan perbandingan persentase Ulva lactuca dan Gelidium digunakan yaitu 75%25% P1; 50%50% P2; dan 25%75 P3. Perbandingan persentase Ulva lactuca dan Gelidium berpengaruh nyata terhadap jumlah kadar air nori. Perlakuan P1 75% Ulva lactuca dan 25% Gelidium adalah nori yang paling disukai panelis dan mempunyai karakteristik warna hijau tua, mudah dilipat, tipis, memiliki tekstur yang halus dan rasa asin, mendekati nori komersial dengan nilai hedonik 7, terhadap jumlah kadar air nori. Perlakuan P1 75% Ulva lactuca dan 25% Gelidium adalah nori yang paling disukai panelis dan mempunyai karakteristik warna hijau tua, mudah dilipat, tipis, memiliki tekstur yang halus dan rasa asin, mendekati nori komersial dengan nilai hedonik 7,260,05 terhadap nilai kadar air. Nilai kadar air nori U. lactuca dan Gelidium berkisar antara 16,7-17,24%. Nori P1 memiliki kadar air paling tinggi, sedangkan nori P3 memiliki kadar air terendah. Nori komersial diketahui memiliki kandungan air sebesar 8,44% Riyanto et al. 2014. Nilai ini lebih kecil dibandingkan nori hasil penelitian. Tingginya kandungan air nori U. lactuca dan Gelidium disebabkan karena kandungan agar pada Gelidium mampu meningkatkan kemampuan mengikat air sehingga menyebabkan produk nori ini mudah mengikat air sehingga kadar air menjadi tinggi. Widyaningtyas dan Wahono 2015 menjelaskan bahwa penambahan hidrokoloid yang semakin tinggi akan meningkatkan kekompakan matrik gel. Gel yang terbentuk semakin kuat dan air yang terikat semakin banyak sehingga selama proses pengeringan air yang menguap semakin kecil. Hal tersebut menyebabkan kadar air menjadi lebih abuHasil uji ANOVA didapatkan nilai p0,05. Penggunaan U. lactuca dan Gelidium sebagai bahan baku mempengaruhi karakteristik nori. Semakin banyak jumlah Gelidium yang digunakan nori semakin mudah dibentuk namun keras, kaku dan berongga. Semakin besar jumlah U. lactuca yang digunakan semakin tinggi kadar air, sehingga nori tidak renyah. Perlakuan P1 75% U. lactuca dan 25% Gelidium adalah nori yang paling disukai panelis dan mempunyai karakteristik warna hijau tua, mudah dilipat, tipis, memiliki tekstur yang halus dan rasa asin, mendekati nori komersial dengan nilai hedonik tertinggi. DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Ocial Analytical Chemist. 2005. Ocial Method of Analysis of the Association of Ocial Analytical of Chemist. Virginia US e Association of Analytical Chemist, DR, Liviawaty E, Iskandar, Afrianto E. 2019. e level of nori's relief made from raw seaweed mixed Gelidium sp. and Eucheuma cottonii. Asian Food Science Journal. 113 RG, Kowsalya S. 2011. Nutrient and nutraceutical potentials of seaweed biomass Ulva lactuca and Kappaphycus alvarezii. Journal of Agricultural Scienceand Technology. 51 A, Afewerki B, Tsegay B, Ghebremedhin H, Teklehaimanot B, Reddy KS. 2018. Extraction of agar and alginate from marine seaweeds in red sea region. International Journal of Marine Biology and Research. 32 2017. Pertumbuhan dan kandungan agar rumputlaut Gracillaria spp pada beberapa tingkat salinitas. Jurnal Airaha. 62 054 – 64. Arbi B, Ma’ruf WF, Romadhon. 2016. Aktivitas senyawa bioaktif selada laut Ulva lactuca sebagai antioksidan pada minyak ikan. Saintek Perikanan. 121 R. 2012. Potensi sumberdaya rumput laut. Jurnal Harpodon Borneo. 52 Zakaria FR, Prangdimurti E, Adawiyah DR, Priosoeryanto BP. 2018. Penurunan logam berat dan pigmen pada pengolahan geluring rumput laut Gelidium sp. dan Ulva Lactuca. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 212 LDR, Ekawati GA, Ina PT. 2018. Pengaruh penambahan karagenan terhadap karakteristik permen jelly kulit anggur hitam Vitis vinifera. Jurnal ITEPA. 7243- 52Faris A, Liviawaty E, Andriani Y, Arianto E. 2019. Nori level of preference with mixed Sargassum sp. and Eucheuma spinosum seaweed as raw material. Asian Food Science Journal. 112, 1-9. Fitrah SK, Sumartini DS, Achyadi NS. 2019. Kajian Perbandingan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Belut Monopterus albus Serta Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Snack Nori. [Skripsi]. Bandung ID Universitas MH. 2015. Extraction of agar from Gelidium Rhodophyta and green synthesis of agar/silver nano particles. Journal of Agricultural Chemical and Biotechnology. 6 10 419 - 434, 2015Hwang ES, Ki KN, Chung HY. 2013. Proximate JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 2Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 302Karakteristik nori dari campuran rumput laut, Valentine et amino acid, mineral, and heavy metal content of dried laver. Nutrition Food Science. 182 K, Bintoro N. 2019. Engineering analysis in manufacturing process of nori made from mixture of Ulva lactuca and Gracillaria sp. IOP Conf. Series Earth and Environmental Science 355 2019 012036.e 3rd International Symposium on Agricultural and Biosystem Engineering 6–8 August 2019, South Sulawesi, R, Nurjanah, Jacoeb AM, Abdullah A, Pertiwi RM. 2019. Karakteristik garam fungsional dari rumput laut hijau. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 223 VMN. 2017. Pemanfaatan dan karakteristik nori tiruan menggunakan bahan baku alga Hypnea saidana dan Ulva conglubata dari perairan Maluku. Majalah Biam. 1302 33-40. Lalopua VMN. 2018. Karakteristik sik kimia nori rumput laut merah Hypnea saidana menggunakan metode pembuatan berbeda dengan penjemuran matahari. Majalah 28-36Lebbar S, Fanuel M, Le Gall S, Falourd X, Ropartz D, Bressollier P, Gloaguen V, Faugeron-Girard. 2018. Agar Extraction By-Products from Gelidium sesquipedale as a Source of Glycerol-Galactosides. Molecules. 23, 3364 1-8. Luthyana N, Nurjanah, Nurilmala M, Anwar E, Hidayat T. 2016. Rasio bubur rumput laut Euchema cottonii dan Sargassum sp. sebagai formula krim tabir surya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 193 183-195 Murdinah D, Fransiska, dan Subaryono. 2008. Pembuatan bakso agar dari rumput laut Gelidium rigidum untuk media tumbuh bagi mikroorganisme. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 31 Sabang SM, Supriadi. 2016. Pengaruh waktu fermentasi t e r h a d a p kadar protein dari tempe biji buah lamtorogung Leucaena leucocephala. Jurnal Akademika Kimia. 51 C, Nurjanah, Abdullah A. 2017. Karakteristik rumput laut hijau dari perairan Kepulauan Seribu dan Sekotong Nusa Tenggara Barat sebagai antioksidan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 203 620-632. Nurjanah, Abdullah A, Nufus C. 2018 Karakteristik sediaan garam Ulva lactuca dari perairan sekotong Nusa Tenggara Barat bagi pasien hipertensi. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 211 P, Chitarrari R, Tuohy K, Grant J, Hotchkiss S, Philp K, Campbell R, Rowland GC. 2012. In vitro fermentation and prebiotic potential of novel low molecular weight polysaccharides derived from agar and alginate seaweeds. Asian Pacic Journal of Tropical Biomedicine. 56 M, Agustini TW, Amalia U. 2017. Karakteristik permen jelly dengan penambahan iota karagenan dari rumput laut Eucheuma spinosum. Saintek Perikanan. 122 103-108. Riyanto B, Trilaksani W, Susyiana LE. 2014. Nori imitasi lembaran dengan konsep edible lm berbasis protein myobrillar ikan nila. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 173 DK, Kustiningsih I, Lestari Pengaruh Suhu dan Waktu Pengeringan Terhadap Mutu Rumput Laut Kering. Jurnal M, Wahono H. 2015. Pengaruh jenis dan konsentrasi hidrokoloid carboxymethyl cellulose, xanthan gum dan karagenan terhadap karakteristik mie kering berbasis pasta ubi jalar varietas ase kuning. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 32 FR, Priosoeryanto BP, Erniati, Sajida. 2017. Karakteristik nori dari campuran rumput laut Ulva lactucadan Eucheuma cottonii. Jurnal Pasca panen dan Bioteknologi Kelautan dan 1 23-30. ... The thinner the nori, the easier it dries, resulting in lower moisture content; formulated nori in this study was thinner than commercial nori, resulting in the lower moisture content due to the effectiveness of the drying process. The moisture content of nori in this study was lower than that found by other researchers using seaweeds cultivated in Indonesia, in which their moisture content ranged from to Valentine et al. 2020;Zakaria et al. 2017 In terms of protein content, nori-like product had protein content lower than that of commercial nori. In general, the commercial nori made from Phorphyra had high protein content ...... The protein content of G720 was the highest among all other treatments of nori-like product. Basically, protein content of the nori-like product of this experiment was almost the same as that of nori-like product studied by Valentine et al. 2020, who used Ulva lactuca and Gelidium with protein contents varying from to Nori-like product in this study had higher protein content than that of nori-like product processed from the mixture of Gracilaria sp. and Arenga pinnata, whose protein content was to Sari et al. 2019. ...... Ash content in this study was still higher than that of nori produced by Zakaria et al. 2017, who used Ulva lactuca and Eucheuma cottonii for their formulation; the ash content of the products ranged from to However, the ash content of nori-like product in this study was lower than that of nori produced by Valentine et al. 2020 using Ulva lactuca and Gelidium sp., in which the ash content of the products ranged from to ...Nori is a dried edible seaweed product used in Japanese cuisine made originally from seaweed from the genus Porphyra. Porphyra usually grows in sub-tropic coastal waters and is rarely found in tropical zones like Indonesia. For this reason, it is important to find local raw materials to substitute Porphyra to produce nori-like products in Indonesia. The present work aimed to study the physicochemical characteristics, fatty acid profiles, color components, and mineral contents of nori-like products formulated from seaweeds growing in Indonesia. The seaweeds used were Gracilaria verrucosa, Ulva lactuca, and Caulerpa racemosa. The proportion of each seaweed for nori-like product formulation was 10000; 75250; 75025; 50500; 50050, and 502525, respectively. Based on color, dietary fiber, and minerals Mg and Ca, the formula of nori-like product processed from Gracilaria and Ulva with the proportion of 5050 had a better than the commercial nori.... Selain tidak membandingkan parameter mutu dengan nori komersial, beberapa parameter mutu nori yang dihasilkan juga relatif rendah, yaitu aroma dan rasa daun singkong yang masih dirasakan oleh panelis. Valentine et al. 2020 mendapatkan formulasi nori terbaik dengan perbandingan 75% U. lactuca dan 25% Gelidium. Kurniawan & Bintoro 2019 melakukan optimasi suhu pengeringan nori dari bahan baku Ulva sp. ...... Nori hasil formulasi Ulva sp. dalam proporsi tertinggi memiliki kadar abu 14,71% Valentine et al., 2020, sedangkan nori dari Gracilaria sp. sebesar 7,2% Teddy, 2009. ...... Tingkat kesukaan terhadap kenampakan nori daun pohpohan berada pada rentang 3 yang menunjukkan seluruh panelis bersikap netral. Nori daun pohpohan memiliki kenampakan berbentuk lembaran utuh dan tipis umumnya hampir menyerupai lembaran nori komersial Valentine et al. 2020. Nori daun pohpohan memiliki permukaan berpori, kasar, dan sedikit bergelombang yang cukup mirip nori komersial. ...... Nori daun pohpohan memiliki aroma yang dinilai panelis pada tingkat kesukaan netral atau nilai rentang 3. Aroma nori daun pohpohan cukup segar dan tidak amis berbeda dengan nori komersial yang beraroma spesifik rumput laut dan cukup amis Valentine et al. 2020. Daun pohpohan mengandung senyawa aromatik volatil berupa senyawa turunan benzena yaitu 1-Methylene-1H-indene Jiang et al. 2017 yang membentuk aroma segar. ...Zulfa Tiara Salsabila RusmiadiAhmad Ni'matullah Al-Baarri Anang Mohamad LegowoAnalog nori is made from ingredients other than seaweed using alternative ingredients such as green plant leaves. The innovation of using pohpohan leaves can minimize the import of Porphyra as the main ingredient of nori by the addition of starch and carrageenan as hydrocolloids can improve the nori quality. This research aimed to optimize nori's physical, chemical, and sensory properties from pohpohan leaves by the difference in yam starch ratio and carrageenan concentrations. The research used a factorial Completely Randomized Design CRD with a ratio of pohpohan leaves and yam starch 9010, 8020, 7030, ww and carrageenan concentrations 2% and 3%. The results showed that the addition of yam starch and carrageenan significantly affected the fibre content of nori. The physicochemical quality of nori showed a tensile strength increased between Mpa; water content decreased between ash content decreased between and crude fibre decreased between The sensory evaluation showed that the panellists' preference for nori taste, colour, and texture had a significant effect Proses pengolahan nori mengacu pada penelitian Valentine et al., 2020 dengan modifikasi pada suhu dan waktu pengeringan. Rumput laut yang digunakan adalah rumput laut kering. ...Putra Aldi PramudyaAkhmad Suhaeli FahmiLaras RianingsihNori adalah produk pangan olahan rumput laut berupa lembaran tipis yang dikeringkan. Proses pengolahan nori terdiri dari perendaman rumput laut, penghalusan, pemasakan bubur, pencetakan, pengeringan dan disajikan sebagai penyedap makanan, lauk/pauk dan makanan ringan. Umumnya nori dibuat dari rumput laut Phorphyra, akan tetapi Phorphyra tidak banyak ditemukan di Indonesia, sehingga upaya untuk membuat nori dapat digunakan dari rumput laut lain yang tersedia melimpah di Indonesia seperti Ulva lactuca dan Gelidium. Nori berbahan baku Ulva lactuca dan Gelidium sp. tanpa penambahan penyedap rasa menghasilkan rasa nori yang hambar, sehingga ditambahkan perisa bubuk kepala udang untuk meningkatkan rasa nori. Proses pengeringan nori sangat mempengaruhi kualitas nori yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu dan waktu pengeringan terhadap kualitas nori serta menentukan suhu dan waktu pengeringan optimum menggunakan metode RSM Response Surface Methodology dengan rancangan CCD Central Composite Design. Suhu pengeringan yang digunakan yaitu 60 80oC sedangkan waktu pengeringan yang digunakan yaitu 8 12 jam. Analisis data yang dilakukan pada proses pengeringan nori ini terdiri dari pengujian asam glutamat, kerenyahan, kadar air, uji hedonik dan uji warna. Data hasil pengujian kemudian dimasukkan pada metode permukan respon. Pengolahan data menggunakan Software Design Expert 11. Hasil solusi suhu dan waktu optimal yang diperoleh dari program yaitu suhu pengeringan 64oC dan waktu pengeringan 12 jam yang menghasilkan asam glutamat 4,49%, kerenyahan 398,56gf, kadar air 11,13%, dengan nilai desirability 0,728. Nori dengan suhu pengeringan 64oC dan waktu pengeringan 12 jam memiliki karakteristik berwarna hijau gelap, tekstur renyah, rasa gurih dan tidak beraroma amis.... The taste of nori has a typical seaweed taste it has a bitter after taste and the taste of nori is formed by three amino acids in Porphyra seaweed such as alanine, glutamic acid and glycine [1]. Eucheuma spinosum contains amino acids that play a role in creating a good taste of nori umami [21]. ...The purpose of this research was to determine the shelf life of Combination Nori Sargassum sp. and Eucheuma spinosum with the Accelerated Shelf Life Test ASLT method Arrhenius Model using Alumunium Foil packaging. This research was conducted at the Laboratory of Fisheries Product Processing, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Padjadjaran University from October to November 2020. Sargassum sp. is a genus of brown algae Phaeophyta used as in the food industry and non-food industry. Sargassum sp. cannot form nori sushi sheets because it lack carageenan. Eucheuma spinosum is a genus of red algae Rhodophyta used to complement the lack of carageenan in Sargassum sp. Alumunium foil is a metalized plastic package composed of hermetic, flexible and opaque metal that has high protection againts light, water vapor and gas. The determination of the shelf life of the ASLT method is carried out using parameters of environmental conditions that can accelerate the product quality degradation by storing the product at high risk temperature. The observation used in determining the shelf life of Combination Nori Sargassum sp. and Eucheuma spinosum is a sensory test and water content test with 35 days in the storage at a temperature of 25oC and 35oC. The calculation results of the Arrhenius model used texture parameter as critical parameters that had the lowest Activation energy Ea in determining the shelf life of combination nori which packaged with alumunium foil. The results showed the value of texture parameters based on the order 0 reaction with the Arrhenius plot Ln K = 1/T = and Ea = The shelf life of combination nori Sargassum sp. and Eucheuma spinosum that stored at room temperature 25oC was around 137 is processed seaweed that is quite popular, including in Indonesia. The purpose of this study was to determine the characteristics and consumer acceptance level of nori from Sargassum hystrix seaweed. S. hystrix in wet and/or dry form was soaked in NaOH, then blended into a slurry. S. hystrix slurry was molded in size 15x15 cm and dried in an oven 70 ° C, 3 hours. The analysis included thickness, hardness, proximate analysis, antioxidant activity with 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl DPPH and Ferric reducing antioxidant power FRAP, antidiabetic activity, and hedonic tests. The results of this study indicate that the composition of the initial conditions of raw materials has a significant effect P< on the characteristics and consumer acceptance level of S. hystrix nori. The best treatment was obtained on nori made from the initial raw material in wet form with the characteristics of a thickness of mm, hardness of gf, water content of ash content of protein content of fat content of total phenol content of mg GAE/g, DPPH inhibition activity FRAP value M/g, -glucosidase inhibitory activity and consumer acceptance level of appearance aroma texture flavour and color research had been conducted regarding the drying of nori made from local seaweed of Ulva lactuca and Gracillaria sp. The drying process was carried out at 50°C, 60°C and 70°C using mechanical dryer. Drying rate was evaluated with four thin layer drying models, namely Henderson and Pubis, Lewis, Page and Modified Page. The most suitable model is determined from the the highest R ² value and lowest Root Mean Square Error RMSE value. The results indicated that nori could be made from local seaweed of Ulva lactuca and Gracillaria sp with a specific method and composition. Drying rate of local nori showed a long constant drying period as compared to it’s falling rate period. Drying rate increased and drying time decreased as the drying temperature increased. The highest drying rate is obtained at 70°C and the Page model was found to be the best suitable model to describe nori drying treatment is a common step largely used in the industrial extraction of agar, a phycocolloid obtained from red algae such as Gelidium sesquipedale. The subsequent residue constitutes a poorly valorized by-product. The present study aimed to identify low-molecular-weight compounds in this alkaline waste. A fractionation process was designed in order to obtain the oligosaccharidic fraction from which several glycerol-galactosides were isolated. A combination of electrospray ion ESI-mass spectrometry, 1H-NMR spectroscopy, and glycosidic linkage analyses by GC-MS allowed the identification of floridoside, corresponding to Gal-glycerol, along with oligogalactosides, Gal2–4-glycerol, among which α-d-galactopyranosyl-1→3-β-d-galactopyranosylα1-2–glycerol and α-d-galactopyranosyl-1→4-β-d-galactopyranosylα1-2–glycerol were described for the first time in red laut merupakan komoditi penting sebagai bahan pangan sehat. Geluring adalah produk pangan berbentuk lembaran kering, tipis dan berwarna hijau kecoklatan, dibuat dari campuran rumput laut Gelidium sp. dan Ulva lactuca . Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh proses pengolahan geluring terhadap kadar klorofil, karotenoid dan logam berat. Tahapan proses pengolahan geluring terdiri dari perendaman rumput laut kering, pengecilan ukuran, penghalusan, pembuatan bubur, penambahan bumbu, pencetakan dan pemanggangan. Pembutaan produk geluring terdiri dari P1 geluring tanpa bumbu, P2 geluring berbumbu dan P3 geluring berbumbu dan dipanggang, analisis bahan baku juga dilakukan pada rumput laut Gelidium sp. segar GS dan kering GK, Ulva lactuca segar US dan kering UK. Analisis terdiri dari analisis kadar klorofil, karotenoid dan residu logam berat pada produk geluring . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan geluring berpengaruh nyata P<0,05 terhadap penurunan jumlah klorofil a, klorofil b, klrorofil total, karotenoid dan pengurangan residu logam berat. Kadar klorofil a, klorofil total dan karotenoid tertinggi terdapat pada geluring P1 dengan nilai 0,60 mg/g, 1,06 mg/g dan 0,23 mg/g, sedangkan kadar klorofil b geluring P1 dan P2 mempunyai nilai yang sama 0,46 mg/g. Residu logam berat Pb dan Cd geluring P1, P2 dan P3 yaitu Pb<0,001 mg/kg dan Cd<0,02 mg/kg. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan residu Pb dan Cd pada bahan baku Ulva lactuca kering dan Gelidium sp. kering yaitu pada kisaran 1,18-5,71 mg/kg. Proses pengolahan geluring mengurangi kadar klorofil dan karotenoid, akan tetapi bermanfaat untuk menurunkan residu logam berat pada produk olahan rumput laut.
Porphyratenerakijellum yang bermanfaat untuk suplemen kesehatan, Laminaria digitalis dan Macrocystis pyrifera sebagai penghasil iodium untuk mengobati penyakit gondok, Laminaria sp. sebagai bahan pembuatan pil, tablet antibiotik, dan salep, Eucheuma spinosum, Gelidium, Gracillaria lichenoides
cly2L6. pcbmtja9ax.pages.dev/6pcbmtja9ax.pages.dev/246pcbmtja9ax.pages.dev/70pcbmtja9ax.pages.dev/375pcbmtja9ax.pages.dev/245pcbmtja9ax.pages.dev/337pcbmtja9ax.pages.dev/114pcbmtja9ax.pages.dev/224pcbmtja9ax.pages.dev/334
gellidium ulva dan eucheuma spinosum bermanfaat untuk pembuatan