Ada berbagai tema yang dapat kamu buat ketika hendak merangkai puisi, salah satunya tentang keindahan alam. Semisal kamu belum punya ide, simak saja puisi alam yang ditulis oleh para penyair Indonesia ini. Setelah membacanya, siapa tahu kamu bisa langsung mendapatkan banyak kamu membayangkan, bagaimana jadinya jika manusia di bumi ini mengabaikan lingkungannya? Mungkin yang terjadi adalah kerusakan dan bencana alam yang tersebar di mana-mana. Untuk itu, cobalah resapi puisi-puisi tentang alam ini agar kamu dapat mensyukuri membaca dan meresapinya, siapa tahu kamu jadi terinspirasi untuk merangkai sajak sendiri. Kamu bisa membuat puisi tentang keindahan alam pedesaan, pantai, pegunungan, dan yang kamu rangkai itu siapa tahu juga bisa mendorongmu untuk melakukan aksi nyata. Misalnya adalah menggunakan produk daur ulang, menghemat listrik dan air, menanam pohon, dan tak sabar ingin mengetahui kumpulan puisi tentang alam yang bisa kamu jumpai di sini? Tak perlu berlama-lama, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini! Semoga saja sajak tersebut semakin membuat hatimu tergerak untuk mencintai alam. 1. Biru Mendebarkan Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain Horizon di langit dan horizon sejauh jangkau pandang Muara menyempit, delta mengerut Hutan lindap, daratan kelabu Lalu laut, laut seluas langit Datar, tetap, tak berhingga, biru mendebarkan. Andrea Hirata, Laut Pernahkah kamu membaca novel Laskar Pelangi? Kalau pernah, tentu sudah tak asing dengan Andrea Hirata. Penulis kelahiran Belitung ini lebih dikenal publik sebagai penulis novel. Bukunya berjudul Laskar Pelangi 2005 melahirkan trilogi novel Sang Pemimpi 2006, Edensor 2007, dan Maryamah Karpov 2008. Selain menulis buku, ternyata Andrea Hirata juga jago menulis sajak, lho. Misalnya adalah puisi alam di atas yang bercerita tentang keindahan laut biru serta horizon yang dapat dinikmati menjelang matahari terbenam. 2. Tanah Airku Adalah hujan dalam kabut yang ungu Turun sepanjang gunung dan bukit biru Ketika kota cahaya dan di mana bertemu Awan putih yang menghinggapi cemaraku Adalah kemarau dalam sengangar berdebu Turun sepanjang gunung dan bukit kelu Ketika kota tak bicara dan terpaku Gunung api dan hama di ladang-ladangku Lereng-lereng senja Pernah menyinar merah kesumba Padang hilalang dan bukit membatu Tanah airku Taufiq Ismail, Bukit Biru, Bukit Kelu Mungkin banyak di antara kamu yang sudah tak asing dengan Taufiq Ismail. Sastrawan kelahiran Bukittinggi ini telah melahirkan banyak karya yang mengantarkannya meraih sejumlah penghargaan. Misalnya adalah Anugerah Seni 1970, South East Asia Write Award 1994, dan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta 2003. Lewat puisi berjudul Bukit Biru, Bukit Kelu di atas, Taufiq berusaha menggambarkan betapa indahnya panorama alam Indonesia. Perbukitan, pegunungan, dan ladang-ladang turut menghiasi tanah air kita. Baca juga Ragam Kisah Inspiratif Kehidupan Nyata yang Memotivasi 3. Kenangan Terjal in memoriam Sukabumi Daun-daun karet berserakan. Berserakan di hamparan waktu. Suara monyet di dahan-dahan. Suara kalong menghalau petang. Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan. Berloncatan di semak-semak rindu. Dan sebuah jalan melingkar-lingkar. Membelit kenangan terjal. Sesaat sebelum surya berlalu masih kudengar suara bedug bertalu-talu. Joko Pinurbo, Hutan Karet Tahukah kamu siapa Joko Pinurbo Jokpin? Dia merupakan penyair asal Indonesia yang sering memadukan humor, narasi, dan ironi dalam karya-karyanya. Sebagian puisi Jokpin pun tak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman. Salah satunya adalah sajak di atas yang menggambarkan keadaan hutan karet secara detail. Hutan hijau itu ditumbuhi semak dan ilalang serta dihuni oleh sejumlah kalong dan monyet. Di sanalah, sang penyair mengenang kembali tempat kelahirannya. 4. Lantunan Ombak Malam semakin pekat, namun bintang-bintang hadir membawa semburat Angin lembut membelai pipi, meyakinkan hati bisa membawa pada mimpi Lantunan ombak mendatangkan buih, mengingatkan akan pedih Dan tiba-tiba udara terasa dingin, tapi malaikat fajar menghadirkan hangat Di timur sana mentari pagi membulat Arintha Widya, Huft Arintha Widya merupakan penulis asal Pati, Jawa Tengah yang telah melahirkan sejumlah puisi dan cerpen. Dua cerpen Arintha yang telah diterbitkan sebuah majalah syiar di Solo adalah Berita Duka dan Luka Isya. Sedangkan puisi alam berjudul Huft tersebut ditulis ketika sang penyair berada di sebuah pantai. Di sana, dia menyaksikan malam pekat yang dihiasi bintang-bintang serta merasakan desiran angin yang membelai wajahnya. Deburan ombak dan hangatnya matahari terbit kian menambah keindahan suasana pantai. 5. Senja Sederhana Dipandang dari jendela, entah kenapa Senja menjadi begitu sederhana. Seperti sungai Yang memisahkan hutan dengan perkampungan Seperti tongkang-tongkang yang menembus Kabut yang remang, seperti kayu-kayu gelondongan Yang meluncur perlahan. Dipandang dari jendela Entah kenapa senja menjadi begitu sederhana Seperti ajal yang datang tanpa bicara. Acep Zamzam Noor, Tepian Ratu Meski tak sepopuler Chairil Anwar atau Rendra, kehadiran Acep Zamzam Noor dalam dunia perpuisian tak bisa diremehkan. Berkat karya-karyanya, pria kelahiran Tasikmalaya ini telah meraih sejumlah penghargaan, seperti South East Asian SEA Write Award 2005 dan Khatulistiwa Literary Award 2007. Tepian Ratu merupakan salah satu puisi alam dari Acep yang melukiskan tentang keindahan senja di sore hari yang begitu sederhana. Kesederhanaan itu nampak saat sang penyair memandangnya dari jendela yang diiringi sungai mengalir, hutan, perkampungan, perahu, kabut, dan remang. Baca juga Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak Maknanya! Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam sebagai Penyegar Pikiran 1. Kuntum Bunga Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu ia sedang mengembang; bergoyang-goyang dahan-dahannya yang tua yang telah mengenal baik, kau tahu, segala perubahan cuaca. Bayangkan akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar hujan pun turun setiap bumi hampir hangus terbakar dan mekarlah bunga itu pelahan-lahan dengan gaib, dari rahim Alam. Jangan; saksikan saja dengan teliti bagaimana Matahari memulasnya warna-warni, sambil diam-diam membunuhnya dengan hati-hati sekali dalam Kasih-sayang, dalam rindu-dendam alam; lihat ia pun terkulai pelahan-lahan dengan indah sekali, tanpa satu keluhan. Sapardi Djoko Damono, Sonet Hei! Jangan Kau Patahkan Penyair Sapardi Djoko Damono telah melahirkan banyak puisi yang begitu digandrungi orang-orang. Sebut saja Aku Ingin, Hujan di Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, dan Sonet Hei! Jangan Kau Patahkan yang dapat kamu baca pada kutipan di atas. Dalam sajak tersebut, Sapardi mencoba melukiskan keindahan sekuntum bunga dari mekar hingga layu. Sang penyair juga menggambarkan secara detail keadaan bagian-bagian bunga lainnya, seperti dahan dan akar. 2. Mega Merapi Purnama suri ini anakmu harus ke Merapi kembali Romo Sepuh di rasaku ada menanti Sang Resi pun menunggu kidung pagi orang-orang bertanya apa yang kucari selalu kujawab banyak nian yang kucari. Alam hijau raya seakan menyapa riang ria hening bening saat bersila di Candi Widayat bisikku, Romo terima doa ziarah senjaku. Mega Merapi putih berarak saat pagi debar itu selalu hadir menyapa mencari bayang Sang Resi di tabir pagi. Hari-hari terasa sempurna Merapi gaibnya mengusap jiwa Romo Sepuh di alam abadinya Sang Resi di alam gaibnya membiarkan kasih dan cinta wayang sakral telah digelar sesajian ditebar. Diah Hadaning, Tak Henti Mencari Sepertinya Gunung Merapi mendatangkan banyak inspirasi bagi para pujangga. Selain Sitor Situmorang, penyair perempuan Diah Hadaning pun menyebut-nyebut gunung yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa ini dalam sajaknya yang berjudul Tak Henti Mencari di atas. Puisi tentang keindahan alam itu bercerita tentang seseorang yang sedang melakukan sebuah perjalanan ke Gunung Merapi. Selain untuk berziarah, melihat ritual, dan menikmati keindahan alam, di sana dia juga melakukan pencarian-pencarian yang selama ini mengusik hatinya. Baca juga Yuk, Baca Pantun Nasehat dan Maknanya untuk Kehidupanmu di Sini! 3. Lebih Dariku Menghadapi angin, Menggantung di udara. Di tepi barat pantai ini, Sekelompok burung merasakan apa itu merdeka. Terbang ke sana dan kemari, Mendesak diri melawan yang tidak terlihat. Terbang, dan tetap kembali… Ke tepi pantai ini, tempat mereka merasa diterima. Sebuah perahu kecil yang juga terlihat, Kepalanya mengarah padaku… Serta merta, Dan aku tahu itu juga akan menghilang. Sebuah titik yang tertelan cakrawala, Mereka menyentuh lebih banyak isi peta. Sebuah titik yang tertelan cakrawala, Mereka merasakan lebih banyak isi dunia. Lebih dariku… Arief Munandar, Burung dan Para Perahu Kecil Puisi berjudul Burung dan Para Perahu Kecil dari penyair Arief Munandar di atas melukiskan tentang keindahan alam pantai. Angin lembut, sekelompok burung melintas, perahu kecil, dan cakrawala yang berlayar turut menghiasi tempat itu. Burung-burung yang terbang di angkasa yang dibahas dalam puisi itu seolah mengajarkanmu apa arti kebebasan. Sedangkan cakrawala yang luas seperti mengingatkan agar tak tinggi hati karena ada yang lebih tahu isi dunia dibanding dirimu. 4. Gerak dan Isak! diah hadaning Di tanah pilih ini tumbuhlah beringin putih Sulur-sulurnya menjulur sebatas bahu Berdahan tangan kasih sayang Akar tunjangnya berserabut Rindang dedaunan berdesah lembut Aku lindungi kolam dan ikan-ikan! Aku pun tumbuh Diasuh angin gunung Merapi Dibasuh rindu dalam gelinjang waktu dalam tubuhku mengalir sungai-sungai Sangsai. Aku suka menggambar segitiga sama-sisi Kaki langit, segalanya tampak wingit Ibu bumi, sejuta gelisah yang membuncah Laut, riak dan ombak saling-desak di kediaman sajak Gerak dan isak! Dimas Arika Mihardja, Beringin Putih Nama Dimas Arika Mihardja DAM mulai dikenal publik setelah beberapa puisi, esai, dan juga novelnya terbit di berbagai media massa. Tahun 2002, novel DAM berjudul Catatan Harian Maya dimuat di harian Jambi Independent secara bersambung. Sedangkan puisi di atas merupakan karya DAM yang berusaha melukiskan bentuk fisik dan kehidupan sebuah pohon beringin putih. Dalam bait-baitnya, sang penyair menggambarkan pohon seolah dapat berlaku bak manusia, seperti berdesah lembut, dibasuh rindu, bergerak, dan terisak. 5. Surga Adalah Hutan yang mencoba memugar malam dari reruntuhan siang mencoba juga menahan bulan, bulatan bulai pada fajar terbengkalai. Pinus yang memasang rambut Suri Nilam pada sisa luka dataran menutup juga kesedihan pada kerumunan kering karang. Musim Gugur adalah Karpet Parsi di Rimba Subur Lexington Pagi. Sorga adalah seutas waktu, sebelum warna dilulur layu. Goenawan Mohamad, Di Negeri Winnetou Goenawan Soesatyo Mohamad merupakan salah satu sastrawan ternama Indonesia sekaligus pendiri majalah Tempo. Laki-laki yang lahir pada 29 Juli 1941 ini mulai menulis sejak usia 17 tahun dan telah menghasilkan banyak karya, antara lain Parikesit 1969, Interlude 1971, dan Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang 1972. Di masa mudanya, Goenawan lebih dikenal sebagai seorang penyair karena lebih banyak menulis sajak. Salah satunya adalah puisi alam berjudul Di Negeri Winnetou di atas yang melukiskan keindahan musim gugur pagi hari di Lexington, Amerika Serikat. Baca juga Kumpulan Contoh Puisi tentang Pahlawan dari Para Sastrawan Ternama Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam Indonesia 1. Mengalirlah Terus Sungai kecil, sungai kecil! Di manakah engkau telah kulihat? Antara Cirebon dan Purwakarta atau hanya dalam mimpi? Di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daun-daun bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doaku. Sungai kecil, sungai kecil! Terangkanlah kepadaku, di manakah negeri asalmu? Di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar para perampok yang mandi merasakan juga sejuk airmu. Sungai kecil, sungai kecil! Mengalirlah terus ke rongga jantungku dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku! Kau yang jelita kutembangkan buat kekasihku. D. Zawawi Imron, Sungai Kecil Zawawi Imron merupakan budayawan sekaligus penyair asal Madura yang telah melahirkan banyak puisi. Berkat karya-karyanya, pria kelahiran 1 Januari 1945 ini berhasil meraih penghargaan The Write Award pada tahun 2011. Sesuai judulnya, puisi alam di atas adalah salah satu karya Zawawi yang menceritakan tentang keindahan sungai kecil yang membentang antara Cirebon dan Purwakarta. Penyair menulis akan memasang jembatan di atasnya untuk mempermudah para petani saat lewat. Ia juga akan membersihkannya agar airnya menjadi sejuk saat dipakai untuk mandi. 2. Potret Tanah Air Apabila kita bertiarap di bukit yang damaiKita mengarah lembahDengan gelagah dan semak-semak berbungaDi langit yang bersih terpancanglah matahariSepanjang tahun selalu bercayaMaka angin lembahBertiup dengan merdekaSuara yang gaib memanggilkuTangan yang gaib memanggilkuSebatang sungai yang putih sebagai pitaMengalir jauh ke tengahSelalu bernyanyi bagai sediakalaSedang jalan kereta api menjalar di sebelahnyaKeretanya lewat dengan asap yang jenakaMencorengkan warna kelabu di udaraDisapu angin kemarauDalam permainan dan semangat remajaPermainan dan derita bangsakuLebih jauh lagiSetelah warna hijau dan putih iniBumi berwarna kuning kerna padi telah menuaDan di bawah matahari jerami berwarna bagai tembagaOrang-orang yang coklat bergerak di tanah coklatMereka bekerja dan mencumbu tanahnyaMaka sambil menghadap kesuburanRumah-rumah di kiri berjongkok dengan tentramTempat berpagut jiwa bangsakuBagai titik-titik beragam seratus warnaberterbanganlah burung-burung dan kupu-kupuMalaikat kehidupan dari bumiDan sebuah jalan yang kelabudari kanan menuju ke cakrawalamenuju kotaMobil yang kecil dan birulewat di atasnyaSuara yang gaib memanggilkuTangan yang gaib melambaikuTangan bangsa ini harus dikepalkanBukit dan lembah ini harus bermaknaHarus diberi maknaDi kali perempuan telanjang dan mencucimereka suka bernyanyi tentang harapan yang sederhanadan tentang kerja lelakinyaSedang di tepi sungai,rumpun bambu bergoyanganVictor yang baik,percik darah yang pertamadi bumi ini tumpahnya Rendra, A Landscape for Dear Victor Siapa yang tak kenal dengan Rendra? Laki-laki yang bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra ini adalah seorang sastrawan, cerpenis, penulis skenario drama, dan penyair. Tahun 1967, laki-laki yang dijuluki Burung Merak itu mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Dari sinilah lahir seniman-seniman berbakat seperti Sitok Srengenge, Adi Kurdi, dan Radhar Panca Dahana. A Landscape for Dear Victor merupakan sajak karya Rendra berisi tentang kesuburan alam Indonesia yang digambarkan melalui beberapa kata. Misalnya adalah semak-semak berbunga, padi telah menua, dan rumpun bambu bergoyangan. Untuk itu, hendaknya kita bersyukur dan senantiasa menjaga ibu pertiwi agar tak rusak atau dikuasai bangsa asing. Baca juga Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam 3. Bagian Firdaus Berhenti, kasih waktu pada sederet rasa Mereka yang bilang ada Tuhan atau mereka yang menyangkali Dia sama-sama mengenal arti warna di sini Ungu kuning hitam paracanthus hepatus Kuning putih hitam lo volpinus Hitam bondol putih ostracion lentiginosum bukan hanya 12 warna di sini di karang Bunaken. Dalam dunianya, setiap hati adalah raja menyertai badan dalam pikiran Tapi siapa tidak percaya di sini adalah bagian Firdaus yang tersisa Karang bukan hanya batu tapi makhluk hidup dari jejak genesis dalam satu sabda. Semua orang datang ke sini di karang Bunaken Bagaimana aku mencari nama untuk arti laut Aku terlalu kagum pada kebesaran Ilahi. Remy Sylado, Bunaken Tahukah kamu siapa Yapi Panda Abdiel Tambayong atau yang akrab disapa Remy Sylado? Pria yang lahir di Makasar pada tanggal 12 Juli 1945 ini merupakan sastrawan Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya berupa cerpen, novel, drama, esai, kolom, dan puisi. Salah satunya adalah puisi alam di atas yang menggambarkan tentang keindahan karang di Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Sang penyair mencoba menyampaikan rasa kagumnya pada warna-warni karang yang dia sebut sebagai bagian dari surga Firdaus dan kebesaran Tuhan. 4. Nyaring Menderu Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini Aku akan rindu balik pada semua ini Sunyi yang kutakuti sekarang Rona lereng gunung menguap Pada cerita cemara berdesir Sedu cinta penyair Rindu pada elusan mimpi Pencipta Candi Prambanan Mengalun kemari dari dataran Dan sekarang aku mengerti Juga di sunyi gunung Jauh dari ombak menggulung Dalam hati manusia sendiri Ombak lautan rindu Semakin nyaring menderu Sitor Situmorang, Lereng Merapi Para penyuka karya lawas mungkin sudah familier dengan nama Sitor Situmorang. Laki-laki yang bernama asli Raja Usu itu lahir di Tapanuli Utara, 2 Oktober 1923. Sitor telah menghasilkan banyak karya, seperti cerpen, karya terjemahan, esai, naskah drama, dan film. Misalnya adalah puisi tentang keindahan alam di atas yang berusaha melukiskan kegelisahan sang penyair sebelum meninggalkan lereng Gunung Merapi. Dia pun mungkin akan merindukan tempat sunyi yang jauh dari ombak lautan itu. 5. Air Terjun Di sinilah kau bisa belajar menguji Seberapa jauh kakimu melangkah pergi sebab tangga demi tangga siap menelan semangat dan asa. Maka dibangunlah pondok persinggahan bagi laki-laki yang dikunjungi kelelahan sebab perjalanan berliku lagi menurun mahir membujuk peluh menjadi rimbun. Ini bukan tentang air terjun berjumlah seribu melainkan tangga yang hampir sulit terhitung itu setiap kali para remaja menghitungnya kerap berselisih dengan kawannya. Barangkali adanya monyet-monyet nakal menaburkan konsentrasi penghapal membuat ingatan sedikit bebal perhatian sedikit tertinggal Tapi jangan sesekali risaukan hasil perhitungan sebab awal mula tujuan adalah Grojogan bermandi air dingin sambil melupakan kegundahan dan kejenuhan Biarkan perih luka masa lalumu terbawa guyuran mata air 81 meter tingginya. Sebab akhir petualangan akan kau jumpai plang memanggul ucapan selamat dan doa saat pulang telah berhasil menaklukan anak tangga dari awal datang sampai meninggalkannya. Lasinta Ari Nendra Wibawa, Grojogan Sewu Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah penulis fiksi maupun nonfiksi asal Sukoharjo, Jawa Tengah. Pria kelahiran 28 Januari 1988 ini telah menghasilkan banyak karya tulis yang dimuat oleh puluhan media lokal mupun nasional. Sebut saja Media Indonesia, Jawa Pos, Kompas, dan masih banyak lagi. Seperti judulnya, puisi tentang alam dari Lasinta tersebut berusaha mendeskripiskan keindahan Grojogan Sewu yang terletak di Tawangmangu, Jawa Tengah. Untuk dapat menikmati keindahan air terjun setinggi 81 meter itu, kamu harus menaiki anak tangga. Saat menaikinya, mungkin sesekali kamu akan dikejutkan oleh kemunculan monyet-monyet nakal. Baca juga Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini! Manakah Puisi tentang Keindahan Alam yang Paling Mengesankan Hatimu? Demikian ulasan kumpulan puisi tentang keindahan alam yang dapat kamu simak di KepoGaul. Kira-kira, manakah sajak yang paling membekas di hatimu? Semoga saja bait-bait itu bisa membantu menyegarkan pikiranmu, ya! Jadikan pula puisi tentang keindahan alam sebagai bahan renungan agar kita tetap mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya. Mari bersama-sama jaga dan lestarikan alam kita agar tidak rusak. Salam lestari! PenulisIis ErnawatiIis Ernawati adalah kontributor di Praktis Media alumni UIN Sunan Kalijaga jurusan Komunikasi. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
Priakelahiran Bantaeng 1975 ini, ternyata pernah bersekolah di Makassar. Saat itu, kata dia, sekolahnya setingkat SD di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) yang terletak di Jalan Pettarani Makassar. Syamsul mengatakan, dari sekolah itu pula dia mendapatkan kursi roda hasil modifikasi tersebut.
Cahayamakassar bersinar Ke segala penjuru anging Mammiri Aku di sini di Bumi mangkasara Kunikmati hembusan angin yang begitu syahdu Seakan menenteng ku ke alam nirwana Membangunkanku dari lamunan Yang entah menjalar kemana Aku di sini di Bumi mangkasara Sepetak kota Besar tetapi sejatinya terhampar luas
Puisi Sumber ilustrasi: PEXELS/ manusia lestarikan alam ini dan jagalah alam ini untuk anak cucu nanti, warna warnai bunga bermekaran di tepian telaga bukit. Keindahan alam matahari yang sangat menyinari lingkungan alam sinar, matahari sangat baik embun pagi sangat sejuk
PUISI| KOTA MAKASSAR | MENTARI DI PANTAI LOSARI | Karya Asrul Sani Abu. Mentari di Pantai Losari. Mentari pagi bersinar setiap hari. Sinar terangnya menyirami diri. Demi mencari nafkah batin, hati dan diri. Demi engkau yang kusayang. Demi bahagianya keluarga kita. Menjadi mentari tak semudah sang mentari.
KumpulanPuisi Indonesia Terbaik #1. Indahnya Alam Negeri Ini #2. Kasihan Bangsa Puisi Indonesia Menangis #1. Negaraku #2. Bumi Kita Hukum Rimba Itu Hukum Negeriku Penutup Puisi Indonesia - Berbicara tentang Indonesia, tidak hanya menceritakan tentang keindahannya, kekayaan sumber daya alamnya, kesuburan tanahnya, keramahan penduduknya.SNeYo.